Pahami kalimat ini "hidup adalah seni menunggu". "Tunggu aku ya, Mas." *apasih
Well, akhir-akhir ini kulebih banyak menunggu. Maklum maba (baca: mahasiswa bangkotan). Pergi ke sana ternyata di situ. Dititah begini harusnya begitu. Ini bukan teks keluhan koq. Tapi ini sebuah teks penguatan.
Teruntuk kawan-kawan sejawatku di mana pun kalian berada. Kalian yang sedang berkutat dengan PPL, KKP, KKN, etc. Ditambah dengan sempro, UTS, TA, etc. Tuang lagi kayu/ minyak tanah/ gas agar tungku semangat kalian berkobar lebih besar.
Hidup memang penuh tantangan. Kalau penuh rantangan mah katering..
Penat yaa?
Sudah biasa jikalau lima L menyelimuti. Sabar sabar sabar, sebentar lagi kita terbentuk melalui benturan-benturan ini.
Ada yang mendambakan posisi kalian. Percayalah...
Mereka ingin duduk di bangku kampus, belajar dengan dosen, dan bermesra dengan skripsi. Tapi mereka belum bisa.
Maka berbahagialah kalian kawans, yang tlah dimampukan oleh Allah untuk menyandang predikat mahasiswa. Buktikan bahwa keluarga bahkan Indonesia bangga memiliki kalian.
Hidup adalah seni menunggu. Menunggu masuk ke ruangan sidang/ interview, menunggu lahirnya buah hati, menunggu berjumpa dengan Sang Ilahi.
Let say, kita harus bersyukur sudah sampai di tahap menunggu. Ada seseorang yang masih stuck di level memimpikan. Paham?
Focus on the target. Katanya mau cumlaude; jadi wisudawan/ wisudawati terbaik. Maka, tetap berpikir jernih jan setres. Sebentar lagi KITA sampai. Jangan terkecoh, apalagi sampai disorientasi. Mangatsss.
Komentar
Posting Komentar