Gandrung (n): sangat rindu; begitu mendambakan "dia".
Alkisah seorang Tuan menggandrungi Puan. Puan pun menggandrungi Tuan.
Sampai tersebutlah syarat yang tersurat.
"Tuan, selama siap belum tertunai, kamu tak boleh selalu mengucap kasih pada Puan."
"Hanya itu saja? Bagiku itu mudah," tutur Tuan dengan tatapan sinis.
"Kamu pun tak boleh mengindahkan bercakap dengan Puan, suaranya dapat menggoyahkan imanmu."
"Mengapa begitu? Kami hanya sekadar membahas tugas-tugas," Tuan mulai geram.
"Kalau Tuan menolak, berarti Tuan tak berhak menjadi pendamping Puan. Dan satu lagi, Tuan harus menundukkan pandangan saat berjumpa dengan Puan."
"Persyaratan aneh, bedebah. Apa hakmu melarangku? Siapa dirimu?" Kekalapan seakan menggerogoti tubuh Tuan.
"Ketahuilah wahai Tuan, aku hanya manusia biasa sepertimu. Tapi ini adalah titah Sang Maha Cinta. Apa kamu masih sudi melanggarnya?"
Semua persyaratan itu membuat Tuan kelimpungan. Ia tahu bahwa Sang Maha Cinta tak merestui cinta yang belum halal. Maka Tuan pun mengikuti perkataan pandai bestari tersebut.
Tuan terenyuh; mulai sadar. Bahwa larangan itu akan berbuah kebahagiaan. Karena zina berawal dari perbuatan-perbuatan yang dianggap remeh (seperti bincang berduaan dengan si "dia", tatap-tatapan, atau hanya sekadar chat lewat media sosial). Itu semua memang remeh, tapi kekuatan setan tak bisa dianggap remeh. Kerja setan akan lebih dahsyat, kala kita tak mengindahkan Perintah-Nya.
Allah SWT berfirman:
قُلْ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُـضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْ ۗ ذٰ لِكَ اَزْكٰى لَهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَـعُوْنَ
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."
(QS. An-Nur 24: Ayat 30)
DIA menyeru tuk menjaga pandangan dan memelihara kesucian.
Hindari mengumbar rayuan yang bikin perempuan diabetes (baca:menabur). Hindari curhat kepada lawan jenis yang malah akan menetaskan benih-benih ehem. Hindari menatap lumat-lumat seseorang yang statusnya bukan mahram kita.
Setiap perintah-Nya akan mengundang maslahat. Tapi mengapa kian bertambah fluktuasinya saat mengimplementasikan kegiatan yang mengundang mudarat. Maka patutlah beribu kali berpikir, sebelum berbuat. Dan patutlah hiasi mulut dengan perbanyak berdzikir daripada mengumpat.
Komentar
Posting Komentar