Sekadar berbagi, bismillah.
Tak terhitung berapa kali tepatnya pertanyaan itu landing bebas menuju ke telingaku.
X: Kak Anggi mah hijrahnya dari dulu SMP kan?
X: Enak ya kakak bisa istiqomah. Gimana caranya?
X: Kalau dapat dukungan enak ya kak?
Honestly, seorang Anggi dari SD-SMA ndak suka ngoleksi rok. Paling tuh yak, pakai rok kalau mau sekolah + mau ngaji aja.
Boleh ditanya juga sama ibuk, apa banyak bajuku yang berwarna pink?
Jawabannya ndak banyak. Ya sekitar 1-2 baju lah (kadang itu juga hanya gradasi yang segaris doang di satu baju) , bahkan ibuk pun tlah hapal betul. Beliau kalau membelikan baju pasti selain warna pink. Justru paling banyak warna merah.
Dan kenapa sukak warna merah, karena ibuk dari kecil ngedoktrin warna merah lah yang paling bagus. Sampai semua baju rata-rata kek cabai warnanya. Fakta menunjukkan dari semua foto semasa cimit-cimit, baju yang kukenakan memang dominan warna cabai.
Menyelia dari tingkahku pun teman-teman kaget bukan kepalang, masa iyak kamu dulu jago manjat, menang lomba lari, ikut silat?
Lakik banget yak. Ya emang begitu loh tabiatku dulu.
Maklum dulu masih suka pakai celana dan kalau ditawarin rok/ gamis, ya bakal mikir beribu kali tuk mengiyakan.
Gamis mah kek ibuk-ibuk, masa Anggi pakai itusih.
Rok lagih, ribet kalau nanti mau main sepeda/ lari buk.
Celana aja udah, yang motifnya tentara kalo bisa yak. (Begitulah selalu permintaanku, setiap dibelikan baju).
Lambat laun aku pun sadar bahwa ini semua salah dan harus dibenarkan. Mulailah suka pakai rok dan gamis. (Judulnya "dapat hidayah"). Dan suatu kebahagiaan yang tak terhingga,dipertemukan dengan seorang bidadari tak bersayap. Melaluinya kumengenal hakikinya seorang wanita, belajar menjadi sebaik-baiknya wanita di dunia. Bertahap memang, tapi indah sekali prosesnya. (Bersambung)
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Komentar
Posting Komentar